Laporkan Jika Ada Link Mati!

Song From The Heaven

Novel ini adalah karya saya pribadi. Selain untuk menguji kemampuan saya mengumpulkan berbagai informasi dari berbagai literatur yang pernah saya baca, juga menguji kemampuan saya untuk membuat sebuah karya di masa muda agar kelak karya ini bisa saya banggakan kepada anak cucu saya nanti.

Novel ini terdiri dari 2 buku, dan baru buku satu yang selesai mengalami pengeditan. Dan insya Allah, kalau punya duit mau saya cetak biar terlihat lebih keren hehe...

Saya tidak pandai membuat resensi, jadi silakan download aja ebook-nya. Setelah membacanya, jangan lupa mampir lagi kesini dan beri penilaian sejujurnya. Tulis juga berbagai kekurangannya, agar nanti saya perbaiki. Kalau ada kelebihannya juga, silakan dikomentari.

Beberapa komentar, akan saya masukkan ke dalam menu "KATA MEREKA" buku ini,

SEDIKIT SINOPSIS

"Aww..!!" Jerit gue panik sambil buru-buru bangun dan memasang kuda-kuda silat, dengan posisi siap menyerang lawan. Lalu tangan gue turun memijit- mijit betis kaki kiri yang cenat-cenutnya nggak ketulungan. Sakit banget.

Gimana gue nggak panik dan siap menyerang, coba? Orang lagi enak-enaknya ngimpi pagi sambil bergelimang iler (maklum semalem kebagian jatah ronda), tiba-tiba pintu rumah kontrakan gue didobrak dan ditutup cepat seseorang. Udah gitu, kaki gue yang selonjoran deket pintu diinjeknya tanpa ampun.

"Tolong sembunyiin Sheilla ya kak? Please… Please..." Ngiang sebuah suara serak tersenggal masuk ke kuping gue yang belum begitu menguasai keadaan.

Kontan gue yang tadi cuma panik sederhana, sekarang jadi panik tingkat dewa ketika mata sepet merah ngantuk ini menangkap sesosok gadis manis nggak dikenal, berambut lurus hitam sepunggung yang lagi nyembah-nyembah persis di depan muka gue dengan wajah memelas kayak anak kecil minta duit buat jajan sama Emaknya.

"Please, ya Kak?" dia menghiba lagi.

Perlahan gue teliti gadis itu mulai dari ujung rambut, bentuk muka, bentuk hidung, bentuk bibir, kaosnya yang hitam bergambar  tengkorak ala anime Jepang "Onepiece", Celana Jeans hitam ketat dengan beberapa sobekan dibagian paha, hingga ujung sepatu kets-nya yang gue rasa merek Batu atau Adadeh, berwarna hitam juga. Hasilnya? Asli, nggak kenal dan nggak pernah liat sebelumnya. Tapi, Masya Allah nich cewek imutnya luar biasa, cakep banget kayak bintang iklan shampoo di TV-TV. Cewek darimana ya kok bisa nongol di sini?

"Ya kak? Please…!!" Rajuknya lagi sambil meraih tangan gue dengan wajah gelisah.

Sadar belum kenal, lantas gue beringsut mundur ke belakang. Tapi ups!! Kepanikan gue bertambah heboh ketika sadar kalo sarung yang gue pake gulungannya terurai dan nyaris terlepas dari pinggang. Segera gue benahi sebelum semuanya terlambat, sementara gadis bernama Sheilla itu gue liat mesem- mesem dengan wajah tertunduk merah ke lantai. Entah malu, atau mungkin yang lainnya.

Ugh... Emang sejak mondok di Pondok Pesantren Miftahul Huda-nya Kang Endin (Begitu santri-santri biasa memanggilnya) gue jadi kebawa-bawa istiadat para santri disana, termasuk kebiasaan shalat memakai sarung tanpa pakaian dalam (daleman) masih gue pake sampe sekarang. Abis ribet juga sih kalo tiap mau shalat gue musti nyari-nyari dulu kolor, celana panjang atau pasang jubah kayak para tim pemburu hantu yang sering nongol di TV-TV swasta sambil bawa tasbeh dan botol beling atau kendi dari tanah liat buat wadah setannya kalo ketangkep nanti (busyeh.. Setan kok dibotolin!). Kalo pake sarung kan enak, tinggal gulung langsung Takbiratul Ihram.

Pernah sekali waktu Kang Endin ngasih penjelasan mengenai batas aurat pria dan wanita menurut kitab "Safinatun Najah" karya Syaikh Salim Bin Abdullah Bin Sa'd. Dalam kitab tersebut djelaskan bahwa yang namanya aurat laki-laki itu terletak diantara pusar hingga lutut, sedangkan aurat wanita adalah selu- ruh tubuh kecuali telapak tangan dan mukanya, sehi ngga ada pendapat yang mengatakan bahwa shalat terlihat aurat maka hukumnya nggak sah kecuali dalam keadaan tertentu yang sifatnya darurat. Lalu iseng-iseng gue nanya, "Bagaimana dengan shalatnya seseorang yang pakai sarung tapi nggak pakai daleman, Kang? Masalahnya kalo lagi sujud, dengkul sama paha suka keliatan dari belakang."

Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger