Laporkan Jika Ada Link Mati!

Je T' Aime

April, 5 tahun yang lalu....

Ketika hari masih sangat pagi, mentari pun mulai terasa hangat, Ken mengajak Kanya pergi megunjungi Kuil Kiyomizu di Kyoto, tepat disebelah timur dari daerah Kobe. Kota kelahiran Kanya. Untuk memuja? Sama sekali bukan! Karena Kenzou beragama Islam. Ayahnya yang asli berdarah Jepang menikahi muslimah berasal dari Asia Tenggara. Mereka -orang tuanya Ken- bertemu saat pertukaran pelajar antar bangsa, dan menikah lalu menetap lama di Jepang. Ayahnya memeluk Islam sejak menikah dengan ibunya Ken, Kenzou juga mengikuti jejak ayah ibunya.

Jadi, kepergian mereka ke Kyoto hanya sekedar ingin menikmati musim Haru, karena tempat itulah yang menjadi favorit semua orang di saat musim Haru tiba. Di Jepang, musim semi disebut dengan musim haru, yaitu musim yang paling menyenangkan bagi semua orang. Musim ini berlangsung dari bulan Maret hingga Mei, dimana saat itu langit tampak biru jernih dan bunga-bunga seperti sakura, azalea, anyelir, krisan, sumire, dan yama- buki bermekaran. Kanya memandang takjub.

Bunga sakura yang halus dan berwarna pink itu melayang- layang tertiup angin.

Setelah itu, mereka mengunjungi taman yang dekat deng- an kuil Kiyomizu di daerah itu, taman kota Kyoto. Setiap musim haru tiba, taman-taman kota dipenuhi orang-orang yang berpesta hanami. Wajah Kanya begitu sumringah. Kedua pipinya tampak memerah. Eh,bukan memerah, tapi berwarna pink.

"Hmmh... indahnya."

Kanya asyik menikmati pesta Hanami kali ini. Pandangan mereka tertuju pada bunga sakura. Di bawah pohon yang berwarna pink itu banyak sekali orang-orang yang menikmati indahnya musim ini. Mereka tampak bahagia menikmati pesta hanami kali ini. Orang-orang itu menggelar tikar seperti biasa dan menikmati makanan yang mereka bawa dari rumah. Biasanya makanan yang biasa dinikmati saat hanami tiba adalah sashimi, rebung dan sakura-mochi. Sakura-mochi adalah kue yang terbuat dari tepung terigu yang diberi warna pink dan di dalam- nya diisi anko (sejenis pasta kacang merah) yang dibulat- kan lalu dibungkus daun sakura yang dikeringkan. Dinik- mati dengan minuman khas negara ini yaitu sake, teh atau sakura-yu. Sakura-yu berupa bunga sakura yang dikering- kan. Bila minuman ini diseduh dengan teh hijau dan air panas, maka aroma wangi bunga sakura akan tercium.

"Kamu suka?" Ken berdiri disampingnya.

"Ya... tentu. Membuat hati terasa tenang. Arigatou Ken, kamu udah mengajakku ke tempat seindah ini".

Ken hanya tersenyum, mereka saling terdiam.

Pandangan mereka masih tertuju pada bunga sakura itu.

"Kanya-san".

"Hai, nan-desuke?"

"Je t'aime..." Tia-tiba Ken berkata serius. Tapi Kanya ha- nya bengong, ia tak tahu arti kalimat terakhir yang diucap- kan Ken barusan. Itu bukan bahasa Jepang. Kanya hanya tersenyum, tepatnya tertawa.

"Apa artinya, Ken?"

"Nggak... gak jadi. Kamu gak perlu dengarkan ucapanku tadi, ya".

Ken, terlihat kecewa, dia pergi meninggalkan Kanya yang masih collapse mendengar ucapan Ken.

"Maksud kamu, Ken?!" Kanya berseru, Ia buru-buru mengikuti langkah Ken yang sangat cepat. Rambut kuncirnya bergerak-gerak ditiup angin. Kanya berlari meninggalkan pohon sakura yang masih tetap indah. Kanya juga kecewa. Seharusnya Ken jangan dulu pergi meninggalkan tempat ini. Seharusnya dia mengajaknya untuk berpesta hanami disini. Seharusnya Ken berbicara dengan menggunakan bahasa Negaranya sendiri agar Kanya mengerti maksudnya. Seharusnya... seharusnya...

Kanya sangat kecewa.


Download


Share this article :

Posting Komentar

 
Support : Berbagi buku gratis | Dilarang mengkomersilkan | Hanya untuk pelestarian buku
Copyright © 2016. Perpustakaan Digital - All Rights Reserved
Published by Mata Malaikat Cyber Book
Proudly powered by Blogger